IMMEDIA, Wadah Para Pendekar Literasi

Senin, 16 Apr 2018 15:59 WIB

inGo, Medan. Telah genap dua tahun, Rizki Rahmadani Nasution bersama rekan-rekan sevisi-misi merintis IMMEDIA (Indonesia Literasi Media). Kira-kira, apa aja fakta-fakta menarik seputar organisasi berbasis swadaya ini? Check it Out!

IMMEDIA mulanya didirikan tanggal 16 April 2016, oleh Rizki dan anak-anak komunikasi lainnya atas dasar ingin “melawan arus”. Sebagai alumni Ilmu Komunikasi FISIP USU, Rizki melihat perilaku mahasiswa yang kontradiktif setelah ia lulus. “Pada saat jadi mahasiswa, dia mengkritisi pemerintah, mengkritisi media keras kali. Pas udah lulus, dia menjadi apa yang dikritiknya.” ujar Rizki. Melihat fenomena ini, Rizki dan kawan-kawan kemudian memutuskan untuk menyadarkan masyarakat akan media melalui pendidikan dan penguatan kapasitas.

  • Project Kampung Nelayan, project terkini

Sepanjang menjalankan program selama dua tahun, social project Kampung Nelayan merupakan project yang paling suistain (berkelanjutan) dikarenakan proyek ini berlangsung selama tiga bulan (Maret – Mei) berturut. Untuk kali pertama juga, lewat proyek ini IMMEDIA melibatkan orang luar sebagai relawan non-anggota.

Mengapa Kampung Nelayan? Butuh persiapan dan riset yang cukup matang sebelum IMMEDIA memilih dan terjun ke kampung ini. Dari hasil temuan riset, Rizki menjelaskan bahwa anak-anak kampung ini lebih tertarik melewati hari di warnet ketimbang bersekolah. Bahkan ada anak-anak yang rela membolos dan bermain hingga pukul sebelas malam.

Alhasil, rumah baca milik teman Rizki yang ada disana sepi. IMMEDIA pun mengakali masalah itu dengan mengalihkan anak-anak itu untuk bermain sambil membaca di rumah baca itu tiap hari sabtu dan minggu. “Memang agak tantangan ya. Tapi kita selalu bikin games-games yang seru. Tiap minggu kita harus effort sih, cari-cari anak-anaknya lagi.”

Dengan 10 anggota dan 20 hingga 30 relawan, IMMEDIA mengajarkan kepada anak-anak tentang pentingnya literasi media. Namun, secara bertahap dan sedikit demi sedikit. Sesuai dengan umur target, IMMEDIA pun lebih memperbanyak games dalam project ini.

Menurut Rizki, di usia perkembangan yang masih belia, anak-anak seharusnya tidak menggunakan sosial media sebelum berusia 17 tahun. “Sosial media itu bisa jadi baik. Bisa jadi buruk juga. Itu aja orang dewasa belum bisa filter, apalagi anak-anak.” Tak sedikit anak-anak yang sengaja memalsukan umurnya demi bisa mencicipi sosial media. Padahal, di balik sosial media banyak kasus penculikan, perdagangan manusia dan narkoba yang bisa saja menjerat anak-anak yang belum tahu apa-apa.

Kedepannya, Rizki berharap project Kampung Nelayan ini bisa menelurkan project-project baru lainnya. FYI, sebelum proyek ini, IMMEDIA juga aktif mengakampanyekan literasi media ke sekolah dan kampus. Mengadakan diskusi publik dan mengumpulkan donasi buku dari publik.

 

  • Berdiri di atas kaki sendiri

Bagi organisasi swadaya, masalah dana adalah masalah klasik. Dengan tidak didanai oleh pihak manapun, IMMEDIA menghadapi masalah dana dengan cara mandiri. Anggota IMMEDIA menyokong dana organisasi ini dengan rutin membayar kas/iuran. Selain itu, IMMEDIA juga menerima kerjasama riset dengan institusi lain untuk menambah pemasukan. “Kalau masalah kekurangan dana kita selalu ada. Cuman selalu positif thinking aja sih. Jadi selalu berkecukupan.”

 

  • Terima penghargaan dari Kominfo

Perjuangan IMMEDIA dalam menggalakkan literasi media selama dua tahun akhirnya berbuah manis. IMMEDIA mendapat penghargaan dari Kementerian Komunikasi dan Informasi dalam Anugerah KPI “Masyarakat Peduli Penyiaran” 2018 di Palu, Sulawesi Tengah. “Gak pernah ada kepikiran seperti ini. Kalau ada yang memberikan apresiasi, kita terima. Tapi kita memang ada bukan untuk mencari itu.” kata Rizki dengan humble.

  • Wujudkan Indonesia Cerdas Bermedia

Sesuai dengan namanya, IMMEDIA bercita-cita untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang semakin cerdas dalam bermedia. Untuk melebarkan sayap ke seluruh Indonesia tentu tak semudah memicingkan mata, karena itu IMMEDIA ingin memantapkan diri terlebih dahulu di kampung halaman sebelum stepping out ke berbagai daerah. “Kuatin di kampung halaman sendiri karena masih banyak PR.” ujarnya penuh optimis.

Pelan tapi pasti. Dari Medan, IMMEDIA mulai merambah ke beberapa daerah di Sumatera Utara. Meski aksi itu sifatnya nomaden, temen-temen Rizki yang berlatar ilmu komunikasi di luar Medan mulai tertarik untuk menyebarkan kegiatan yang serupa.

Seperti bayi yang masih belajar untuk merangkak, IMMEDIA ingin bertumbuh jadi organisasi yang kelak bisa memberikan dampak yang luas terhadap dunia perliterasian Indonesia. Berpijak pada tiga pilar; riset, pemberdayaan dan literasi, IMMEDIA berharap agar masyarakat Indonesia kelak bisa membikin konten media dengan menggunakan akal pikiran. Jangan karena sesuka hati ataupun karena pesanan oknum-oknum tertentu.

IMMEDIA. Indonesia Melek Media.

Berita Terkait